Sabtu, 22 Maret 2014

Seperti Biasa, Segalanya Kamu.

Pernah sesekali aku merasa sangat membencinya, Mengapa? jawabannya karena sebuah pengabaian dan penantian sia-sia yang berujung dengan segumpalan luka yang mengendap tanpa aku ketahui bagaimana caranya mengeringkan luka yang telah lama membungkam didalam relung hatiku ini. Betulkah semua ini salahkah ku? Atau memang seperti ini kah caramu, membalas segalanya yang telah terjadi dengan terus-menerus membuang airmata ku, tanpa kau tahu bahwa yang terjadi; hingga air mata ini tak dapat lagi mampu berderai?

Kau hempaskan begitu saja segala pengharapanku yang telah ku gantungkan beribu kebahagiaan yang ku harapkan yaitu; ialah kamu seseorang yang dapat menjadikan hidupku lebih mempunyai sebuah arti cerita yang segalanya penuh dengan kebahagiaan kita bersama? Mataku memang masih bisa melihat mu, akan tetapi aku tak lagi melihat suatu ketulusan hati dari dirimu, telinga dan mulutku masih dapat mendengar suaramu dan mengucapkan namamu dalam setiap hamparan doaku, akan tetapi aku tak dapat lagi mendengar suara hatimu yang selalu berucap "Aku selalu menyayangimu". Kini, semuanya telah berubah. Aku tak mengenal jiwa mu yang dahulu, mungkin memang benar segenap jiwa dan ragamu telah hilang mengikuti jejak angin yang telah kau tentukan, seperti itukah?
Haruskah air mata ini mengalir setiap waktu? haruskah kuhentikan detak jantung dan nadiku untuk merindukanmu? dan haruskah nyawa ini terpisah dari ragaku karena cintamu? mungkinkah ini semua telah menjadi suratan takdirku?
Semakin ku paksa hatiku untuk mencoba membencimu, saat itulah cintaku telah mengalahkan segala kebencian ku.
Sonica, Nadya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar